NIAS UTARA, KOMPAS.com – Dua orang terlibat pertengkaran sengit
akibat berebut sepetak lahan di Lahewa, Nias Utara. Akibat pertengkaran
itu, salah seorang dari keduanya tewas ditempat.
Kapolsek Lahewa,
AKP SK. Harefa, SP.D,MH membenarkan peristiwa itu saat dikonfirmasi
melalui telepon seluler, Jumat (17/01/2014). Mendapatkan informasi dari
warga, Kapolsek bersama Briptu Hendri Zebua, Briptu MM. Gurning, Briptu
D. Pangaribuan, Bripka Benny Panjaitan, langsung menuju TKP.
Perjalanan menuju TKP harus ditempuh dengan jalan kaki dan tidak bisa dilalui dengan kendaraan roda dua.
Harefa
menjelaskan, setiba di lokasi kejadian, polisi langsung mengepung
lokasi yang diinformasikan warga, dan meringkus pelaku di rumahnya
sendiri.
Saat ditangkap pelaku tidak melakukan perlawanan karena
mengalami luka pada tangan akibat perkelahian menggunakan senjata tajam
dengan korban. “Saat pelaku ditangkap dan ditanyai penyebab tetangganya
tewas, ia mengaku bahwa mereka berkelahi memperebutkan lahan kebun,”
jelas Harefa.
Korban bernama Harianto Gea alias Kari (25),
sedangkan pelaku bernama Me'aro Zalukhu alias Me'o (40 Thn), keduanya
tinggal di Desa Sihene’asi, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias.
Kejadian
terjadi Rabu (15/01/2014) pagi, dimana keduanya terlibat pertengkaran
karena saling mengklaim lahan kebun di desa mereka, Pertengkaran itu
berujung perkelahian fisik menggunakan parang dan tombak hingga salah
satu dari tewas seketika.
Korban tewas mengalami luka di bagian
leher sedangkan pelaku mengalami luka-luka di tangan kiri. “Kita telah
mengembalikan korban kepada pihak keluarganya, sedangkan pelaku kita
rawat sementara dan mempertangungjawabkan perbuatannya,” kata Kapolsek
Lahewa.
Belajar dari peristiwa ini, Kapolsek mengimbau masyarakat
di Kabupaten Nias Utara, agar tidak menyelesaikan permasalahan dengan
mengambil nyawa orang lain. Sebaiknya masalah dibicarakan di musyawarah
keluarga atau musyawarah desa.
gue © 2014 - 2025
Jumat, 28 Maret 2014
Tahanan Perempuan Diperkosa di Sel Polsekta Wajo
MAKASSAR, KOMPAS.com — Seorang tahanan wanita melaporkan dirinya
diperkosa oleh tahanan pria berinisial Nas (25) di ruang sel Markas
Polsekta Wajo. Dalam aksinya, Nas dibantu dua rekannya sesama tahanan,
Sya (20) dan Bah (30).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar Komisaris Besar Endi Sutendi yang dikonfirmasi, Minggu (19/1/2014), membenarkan adanya peristiwa tersebut. Pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus perkosaan ini.
Sementara itu, Divisi Propam juga sedang memeriksa semua anggota Polsekta Wajo yang bertugas saat kejadian. "Kejadiannya hari Jumat (17/1/2014) sore, tapi baru ketahuan kasusnya, Sabtu kemarin, setelah korban curhat ke sesama tahanan wanita lainnya. Memang laporannya kasus perkosaan, tapi kita selidiki ternyata suka sama suka. Tapi kita masih dalami terus," katanya.
Endi menjelaskan, gadis yang tersangkut kasus pencurian yang sudah ditahan sejak sepekan lalu itu diperkosa pada sore hari sekitar pukul 16.30 Wita. Saat itu, Markas Polsekta Wajo dalam keadaan lengang.
"Petugas jaga tidak ada di dalam markas, mungkin lagi keluar belanja sesuatu di warung," tandasnya.
Letak sel pria dan wanita di Markas Polsekta Wajo memang berdekatan. Kondisi ini membuat pelaku dengan leluasa masuk ke sel tahanan wanita, yang hanya dipisahkan oleh tembok. Pintu sel lapis dua dibuka karena sedang jam besuk. Hanya pintu sel lapis pertama yang ditutup sehingga tahanan pria dan tahanan wanita leluasa berkomunikasi.
Informasi yang dihimpun Kompas.com, dalam melakukan aksinya, Nas dibantu dua rekannya, Sya dan Bah. Semua tahanan, termasuk Sya dan Bah, takut terhadap Nas sehingga mereka menuruti permintaan pelaku untuk menjemput korban saat penjagaan lengah.
Sebelumnya, Nas mengancam, bahkan sempat memukul korban. Korban kemudian ditarik masuk ke kamar mandi sel pria, lalu diperkosa. Adapun Sya dan Bah hanya berjaga untuk memantau situasi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar Komisaris Besar Endi Sutendi yang dikonfirmasi, Minggu (19/1/2014), membenarkan adanya peristiwa tersebut. Pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus perkosaan ini.
Sementara itu, Divisi Propam juga sedang memeriksa semua anggota Polsekta Wajo yang bertugas saat kejadian. "Kejadiannya hari Jumat (17/1/2014) sore, tapi baru ketahuan kasusnya, Sabtu kemarin, setelah korban curhat ke sesama tahanan wanita lainnya. Memang laporannya kasus perkosaan, tapi kita selidiki ternyata suka sama suka. Tapi kita masih dalami terus," katanya.
Endi menjelaskan, gadis yang tersangkut kasus pencurian yang sudah ditahan sejak sepekan lalu itu diperkosa pada sore hari sekitar pukul 16.30 Wita. Saat itu, Markas Polsekta Wajo dalam keadaan lengang.
"Petugas jaga tidak ada di dalam markas, mungkin lagi keluar belanja sesuatu di warung," tandasnya.
Letak sel pria dan wanita di Markas Polsekta Wajo memang berdekatan. Kondisi ini membuat pelaku dengan leluasa masuk ke sel tahanan wanita, yang hanya dipisahkan oleh tembok. Pintu sel lapis dua dibuka karena sedang jam besuk. Hanya pintu sel lapis pertama yang ditutup sehingga tahanan pria dan tahanan wanita leluasa berkomunikasi.
Informasi yang dihimpun Kompas.com, dalam melakukan aksinya, Nas dibantu dua rekannya, Sya dan Bah. Semua tahanan, termasuk Sya dan Bah, takut terhadap Nas sehingga mereka menuruti permintaan pelaku untuk menjemput korban saat penjagaan lengah.
Sebelumnya, Nas mengancam, bahkan sempat memukul korban. Korban kemudian ditarik masuk ke kamar mandi sel pria, lalu diperkosa. Adapun Sya dan Bah hanya berjaga untuk memantau situasi.
Seorang PNS Otaki Perampokan Uang Dispenda
SURABAYA, KOMPAS.com - Seorang Pegawai Negeri Sipil kantor UPTD
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Pemkot Surabaya ditangkap polisi
karena mengotaki perampokan uang insentif pegawai.
Dia bekerjasama dengan komplotan perampok membawa kabur uang tunai lebih dari Rp 393 juta pada 30 Desember 2013 lalu. Dia adalah Agus Siswanto (43) pegawai golongan 2B UPTD Dispenda Wiyung, yang tercatat sebagai warga Jalan Ketabang Kali Surabaya.
Agus adalah pegawai di UPTD Dispenda Wonocolo Surabaya. Polisi juga menangkap Imam alias Rois (41) satu dari enam anggota komplotan. Sementara lima lainnya yakni MT, HS, LK, NS, dan SR masih dalam pengejaran.
"Modusnya, Agus memberitahu komplotan perampok bahwa hari itu ada pengambilan uang insentif seluruh pegawai UPTD Dispenda. Kantor UPTD Wonocolo menurut mereka dianggap tempat paling aman untuk dirampok," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Farman, Senin (20/1/2014) saat dikonfirmasi.
PNS tersebut, kata Farman, juga lengkap memberitahu jenis mobil dan nomor polisi mobil yang akan dirampok kepada komplotan, sebelum akhirnya dieksekusi tepat di depan kantor UPTD Wonocolo, Jalan Jemursari Utara V/11 Surabaya.
"Dalam aksinya, pelaku berhasil membawa uang Rp 393 juta lebih, dari sekitar Rp 788 juta yang dibawa petugas UPTD," kata Farman.
Polisi memastikan, komplotan perampok tersebut adalah komplotan profesional yang kerap beroperasi di sejumlah wilayah di Jawa Timur dengan membawa senjata tajam maupun senjata api.
"Ini juga perhatian bagi masyarakat, agar meminta pengawalan polisi saat membawa uang tunai dalam jumlah banyak," tegas Farman.
Dia bekerjasama dengan komplotan perampok membawa kabur uang tunai lebih dari Rp 393 juta pada 30 Desember 2013 lalu. Dia adalah Agus Siswanto (43) pegawai golongan 2B UPTD Dispenda Wiyung, yang tercatat sebagai warga Jalan Ketabang Kali Surabaya.
Agus adalah pegawai di UPTD Dispenda Wonocolo Surabaya. Polisi juga menangkap Imam alias Rois (41) satu dari enam anggota komplotan. Sementara lima lainnya yakni MT, HS, LK, NS, dan SR masih dalam pengejaran.
"Modusnya, Agus memberitahu komplotan perampok bahwa hari itu ada pengambilan uang insentif seluruh pegawai UPTD Dispenda. Kantor UPTD Wonocolo menurut mereka dianggap tempat paling aman untuk dirampok," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Farman, Senin (20/1/2014) saat dikonfirmasi.
PNS tersebut, kata Farman, juga lengkap memberitahu jenis mobil dan nomor polisi mobil yang akan dirampok kepada komplotan, sebelum akhirnya dieksekusi tepat di depan kantor UPTD Wonocolo, Jalan Jemursari Utara V/11 Surabaya.
"Dalam aksinya, pelaku berhasil membawa uang Rp 393 juta lebih, dari sekitar Rp 788 juta yang dibawa petugas UPTD," kata Farman.
Polisi memastikan, komplotan perampok tersebut adalah komplotan profesional yang kerap beroperasi di sejumlah wilayah di Jawa Timur dengan membawa senjata tajam maupun senjata api.
"Ini juga perhatian bagi masyarakat, agar meminta pengawalan polisi saat membawa uang tunai dalam jumlah banyak," tegas Farman.
Adik Membunuh Kakak Kandung Demi Sang Ibu
KENDAL, KOMPAS.com — Kapolres Kendal, Jawa Tengah, AKBP Harryo
Sugihartono tidak bisa memenuhi permintaan Romadhon, ayah dari Muhamad
Hardiyanto (19), tersangka pembunuh kakak kandungnya, Panji Yulianto
(24).
Sebab, kasusnya adalah pembunuhan yang masuk ranah kasus kriminal. “Kasus yang menimpa anak Romadhon adalah kasus pembunuhan, jadi pelaku tidak bisa dibebaskan. Kasus itu tetap diproses sesuai hukum yang berlaku,” kata Harryo, Rabu (22/1/2014).
Harryo menjelaskan, Romadhon, warga Dukuh Karangbalikan RT 7 RW 3 Desa Tambak Rejo, Kecamatan Patebon, Kendal, hanya bisa meringankan hukuman pelaku saja. Pasalnya, pelaku terpaksa melakukan pembunuhan karena korban yang juga kakak kandungnya sering marah-marah dan mengamuk kepada ibunya.
“Kejadian pembunuhannya adalah Selasa (21/1/2014) sore kemarin,” akunya.
Harryo menjelaskan, dari pengakuan pelaku, ia menyerang kakaknya dengan senjata tajam hingga korban meninggal dunia karena Panji sering marah-marah dan mengamuk. Peristiwa itu terjadi di dapur rumah orangtua korban yang juga sekaligus orangtua pelaku.
“Korban yang mengamuk hendak membacok ibunya dan dicegah sang adik hingga terjadi pergumulan. Hingga akhirnya, terjadilah pembacokan yang menelan nyawa sang kakak,” jelasnya.
Setelah membunuh sang kakak, lanjut Harryo, pelaku kemudian menyerahkan diri ke Polsek Patebon Kendal. Saat ini, pelaku sudah berada di tahanan Polres Kendal untuk menjalani pemeriksaan.
Sebab, kasusnya adalah pembunuhan yang masuk ranah kasus kriminal. “Kasus yang menimpa anak Romadhon adalah kasus pembunuhan, jadi pelaku tidak bisa dibebaskan. Kasus itu tetap diproses sesuai hukum yang berlaku,” kata Harryo, Rabu (22/1/2014).
Harryo menjelaskan, Romadhon, warga Dukuh Karangbalikan RT 7 RW 3 Desa Tambak Rejo, Kecamatan Patebon, Kendal, hanya bisa meringankan hukuman pelaku saja. Pasalnya, pelaku terpaksa melakukan pembunuhan karena korban yang juga kakak kandungnya sering marah-marah dan mengamuk kepada ibunya.
“Kejadian pembunuhannya adalah Selasa (21/1/2014) sore kemarin,” akunya.
Harryo menjelaskan, dari pengakuan pelaku, ia menyerang kakaknya dengan senjata tajam hingga korban meninggal dunia karena Panji sering marah-marah dan mengamuk. Peristiwa itu terjadi di dapur rumah orangtua korban yang juga sekaligus orangtua pelaku.
“Korban yang mengamuk hendak membacok ibunya dan dicegah sang adik hingga terjadi pergumulan. Hingga akhirnya, terjadilah pembacokan yang menelan nyawa sang kakak,” jelasnya.
Setelah membunuh sang kakak, lanjut Harryo, pelaku kemudian menyerahkan diri ke Polsek Patebon Kendal. Saat ini, pelaku sudah berada di tahanan Polres Kendal untuk menjalani pemeriksaan.
Depresi, Polisi di Samarinda Tembak Kepalanya Sendiri
SAMARINDA, KOMPAS.com — Seorang anggota Polresta Samarinda, Aiptu
Antoni Sarif Gultom, yang bertugas di Unit Binmas di Samarinda,
Kalimantan Timur (Kaltim), mencoba bunuh diri dengan menembak kepalanya
sendiri dengan memakai pistol. Diduga, Antoni bunuh diri karena depresi
penyakitnya tak kunjung sembuh.
Peluru dari pistol tersebut menembus kepala Aiptu Antoni Sarif Gultom.
Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, Antoni ditemukan terkapar di rumahnya di Jalan Perumahan Kalimanis Blok D Nomor 109, Kelurahan Sungai Kapih, Samarinda Ilir, Kalimantan Timur (Kaltim). Dia menembak kepalanya sendiri sekitar pukul 08.00 Wita, dan ditemukan langsung oleh anak dan istrinya. Pada saat kejadian, di rumah tersebut keluarga Antoni tengah berkumpul sehingga pada saat kejadian berlangsung, keluarganya langsung melarikan Antoni ke rumah sakit.
Beberapa tetangga terdekat juga ikut membantu merujuk Antoni ke Rumah Sakit Islam Samarinda. Namun, karena keterbatasan alat di RS tersebut, Antoni harus dirujuk ke RSUD AW Syahranie, Samarinda.
Salah seorang tetangga Antoni mengatakan, Antoni bunuh diri karena depresi penyakit yang dideritanyatak kunjung sembuh. Meski para tetangga tidak tahu penyakit apa yang diderita Anoni, mereka sering melihat dia pergi berobat.
"Kami tidak tahu apa penyakitnya, tapi kemarin baru keluar dari rumah sakit. Belakangan ini memang rajin berobat," katanya, Rabu (22/1/2014).
Atas kejadian tersebut, polisi dari Polsek Samarinda Ilir langsung melakukan olah TKP dan kediaman Antoni dipasang garis polisi.
Kapolresta Samarinda Kombespol Antonius Wisnu Sutirta menyatakan, pihaknya masih mendalami kasus tersebut untuk mengetahui motif bunuh diri yang dilakukan Antoni. Menurutnya, Antoni mengalami gangguan jiwa sekitar tahun 2002 silam.
"Iya benar, 2002 silam dia pernah depresi atau mengalami gangguan kejiwaan. Namun, seiring waktu, yang bersangkutan dinyatakan sembuh," kata Wisnu.
Dia menambahkan, pemberian kembali senjata pasca-depresi sudah melalui prosedur yang berlaku. "Kita sudah melakukan serangkaian tes untuk para pemegang senpi, seperti tes psikologi," tutupnya.
Peluru dari pistol tersebut menembus kepala Aiptu Antoni Sarif Gultom.
Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, Antoni ditemukan terkapar di rumahnya di Jalan Perumahan Kalimanis Blok D Nomor 109, Kelurahan Sungai Kapih, Samarinda Ilir, Kalimantan Timur (Kaltim). Dia menembak kepalanya sendiri sekitar pukul 08.00 Wita, dan ditemukan langsung oleh anak dan istrinya. Pada saat kejadian, di rumah tersebut keluarga Antoni tengah berkumpul sehingga pada saat kejadian berlangsung, keluarganya langsung melarikan Antoni ke rumah sakit.
Beberapa tetangga terdekat juga ikut membantu merujuk Antoni ke Rumah Sakit Islam Samarinda. Namun, karena keterbatasan alat di RS tersebut, Antoni harus dirujuk ke RSUD AW Syahranie, Samarinda.
Salah seorang tetangga Antoni mengatakan, Antoni bunuh diri karena depresi penyakit yang dideritanyatak kunjung sembuh. Meski para tetangga tidak tahu penyakit apa yang diderita Anoni, mereka sering melihat dia pergi berobat.
"Kami tidak tahu apa penyakitnya, tapi kemarin baru keluar dari rumah sakit. Belakangan ini memang rajin berobat," katanya, Rabu (22/1/2014).
Atas kejadian tersebut, polisi dari Polsek Samarinda Ilir langsung melakukan olah TKP dan kediaman Antoni dipasang garis polisi.
Kapolresta Samarinda Kombespol Antonius Wisnu Sutirta menyatakan, pihaknya masih mendalami kasus tersebut untuk mengetahui motif bunuh diri yang dilakukan Antoni. Menurutnya, Antoni mengalami gangguan jiwa sekitar tahun 2002 silam.
"Iya benar, 2002 silam dia pernah depresi atau mengalami gangguan kejiwaan. Namun, seiring waktu, yang bersangkutan dinyatakan sembuh," kata Wisnu.
Dia menambahkan, pemberian kembali senjata pasca-depresi sudah melalui prosedur yang berlaku. "Kita sudah melakukan serangkaian tes untuk para pemegang senpi, seperti tes psikologi," tutupnya.
Suami Gerebek Istri Selingkuh dengan Warga Belanda
JEMBER, KOMPAS.com
— Seorang warga negara asing (WNA) berkebangsaan Belanda, EJB,
digerebek AW, warga Kelurahan Manggisan, Palmerah, Jakarta, di rumahnya,
di Dusun Besuk, Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Jember, Jawa Timur,
Jumat (24/1/2014) sore.
AW menggerebek rumahnya sendiri bersama petugas polisi karena EJB diduga menjadi pria idaman lain (PIL) istrinya. Dari informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula saat AW baru datang dari Jakarta, Jumat sore. Dia kemudian mendapat kabar jika istrinya berselingkuh dan membawa pria asing masuk ke rumahnya.
Mendengar kabar itu, dia langsung melapor ke polisi. Saat itu juga AW bersama polisi langsung mendatangi rumahnya. Dan benar saja, ketika tiba di rumahnya, AW bersama petugas mendapati seorang pria asing bersama istrinya.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, seusai mengumpulkan keterangan, polisi langsung membawa pasangan selingkuh ini ke Mapolres Jember untuk pemeriksaan lanjutan.
Hingga berita ini dihimpun, belum ada keterangan resmi dari Polres Jember. "Maaf kami sampai hari ini masih melakukan pendalaman," kata KBO Satreskrim Polres Jember Iptu Suhartanto.
AW menggerebek rumahnya sendiri bersama petugas polisi karena EJB diduga menjadi pria idaman lain (PIL) istrinya. Dari informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula saat AW baru datang dari Jakarta, Jumat sore. Dia kemudian mendapat kabar jika istrinya berselingkuh dan membawa pria asing masuk ke rumahnya.
Mendengar kabar itu, dia langsung melapor ke polisi. Saat itu juga AW bersama polisi langsung mendatangi rumahnya. Dan benar saja, ketika tiba di rumahnya, AW bersama petugas mendapati seorang pria asing bersama istrinya.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, seusai mengumpulkan keterangan, polisi langsung membawa pasangan selingkuh ini ke Mapolres Jember untuk pemeriksaan lanjutan.
Hingga berita ini dihimpun, belum ada keterangan resmi dari Polres Jember. "Maaf kami sampai hari ini masih melakukan pendalaman," kata KBO Satreskrim Polres Jember Iptu Suhartanto.
Tertangkap Basah Bakar Lahan di Riau, Perambah Suap Petugas
PEKANBARU - Petugas Satuan Tugas (Satgas)
Penanggulangan Asap Riau kembali menangkap enam orang yang terlibat
dalam perambahan dan pembakaran hutan di provinsi itu. Saat ditangkap,
beberapa tersangka berusaha menyuap petugas agar dibebaskan.
Juru bicara Satgas, Kolonel TNI Bernardus Robert, mengatakan, penangkapan berlangsung di dua tempat berbeda, yakni Kabupaten Siak dan Indragiri Hulu (Inhu).
Dia menjelaskan, penangkapan di Siak berlangsung di Kecamatan Dayung. Petugas yang melakukan patroli mendapati tiga orang sedang membakar lahan untuk ditanami sawit. Dua di antaranya merupakan pekerja sedangkan seorang lagi pemilik lahan berinisial AN.
"Saat ditangkap pemilik lahan mencoba menyuap petugas Rp2 juta, namun tim menolak dan tetap membawa tersangka. Saat ini ketiga tersangka berada ke Polres Siak," kata Robert di Pekanbaru, Jumat (28/3/2014).
Sementara satgas di Kabupaten Indragiri Hulu juga menangkap tiga pelaku pembakar lahan di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Serangge Sengkilo, Desa Kepayang Sari, Kecamatan Batang Cenaku. Ketiganya ditangkap kemarin saat membakar lahan seluas 20 hektare untuk ditanami sawit.
Petugas turut menyita senjumlah peralatan pertanian yang diperkirakan akan dipakai untuk menggarap lahan yang sudah dibakar. (ris)
Juru bicara Satgas, Kolonel TNI Bernardus Robert, mengatakan, penangkapan berlangsung di dua tempat berbeda, yakni Kabupaten Siak dan Indragiri Hulu (Inhu).
Dia menjelaskan, penangkapan di Siak berlangsung di Kecamatan Dayung. Petugas yang melakukan patroli mendapati tiga orang sedang membakar lahan untuk ditanami sawit. Dua di antaranya merupakan pekerja sedangkan seorang lagi pemilik lahan berinisial AN.
"Saat ditangkap pemilik lahan mencoba menyuap petugas Rp2 juta, namun tim menolak dan tetap membawa tersangka. Saat ini ketiga tersangka berada ke Polres Siak," kata Robert di Pekanbaru, Jumat (28/3/2014).
Sementara satgas di Kabupaten Indragiri Hulu juga menangkap tiga pelaku pembakar lahan di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Serangge Sengkilo, Desa Kepayang Sari, Kecamatan Batang Cenaku. Ketiganya ditangkap kemarin saat membakar lahan seluas 20 hektare untuk ditanami sawit.
Petugas turut menyita senjumlah peralatan pertanian yang diperkirakan akan dipakai untuk menggarap lahan yang sudah dibakar. (ris)
PNS Hamil Dibunuh Keponakan karena Uang Rp2 Juta
TANGERANG - Ratu Heryani (40), Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Bogor yang ditemukan tewas di dalam mobilnya di Jalan Raya Serang
KM 24, Balaraja, Kabupaten Tangerang ternyata dibunuh lantaran menolak
memberikan uang sebesar Rp2 juta.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan awal kepada pelaku, korban menolak diminta uang oleh pelaku.
"Pelaku memaksa meminta uang pada korban, tapi ditolak hingga akhirnya pelaku membunuh korban yang tidak lain tantenya sendiri," jelasnya lagi.
Pelaku yang merupakan keponakan korban tersebut, kata Rikwanto kini dibawa untuk melakukan pengembangan.
Sebelumnya diberitakan, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan terhadap PNS Bogor, Ratu Heryani (40) yang ditemukan tewas dalam mobil Terios F 1589 JM di depan Toko Elektronik Linda atau tepatnya di di pinggir Jalan Raya Serang, KM 25, Desa Balaraja, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Ratu Heryani (40) ditemukan tewas didalam mobil tepat di depan toko elektronik "Linda", Balaraja, Kabupaten Tangerang pada Rabu lalu. Saat ditemukan tewas Ratu masih mengenakan seragam PNS.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan awal kepada pelaku, korban menolak diminta uang oleh pelaku.
"Pelaku memaksa meminta uang pada korban, tapi ditolak hingga akhirnya pelaku membunuh korban yang tidak lain tantenya sendiri," jelasnya lagi.
Pelaku yang merupakan keponakan korban tersebut, kata Rikwanto kini dibawa untuk melakukan pengembangan.
Sebelumnya diberitakan, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan terhadap PNS Bogor, Ratu Heryani (40) yang ditemukan tewas dalam mobil Terios F 1589 JM di depan Toko Elektronik Linda atau tepatnya di di pinggir Jalan Raya Serang, KM 25, Desa Balaraja, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Ratu Heryani (40) ditemukan tewas didalam mobil tepat di depan toko elektronik "Linda", Balaraja, Kabupaten Tangerang pada Rabu lalu. Saat ditemukan tewas Ratu masih mengenakan seragam PNS.
Petani Bawa Ganja 7,7 Kg & 16 Ribu Pil Double L
Kedua tersangka yang diamankan polisi adalah MF (30), warga Tumpang, Malang, dan NG (28), warga Sukolilo, Wajak, Malang yang pekerjaan sehari-harinya menjadi buruh tani.
Kasub Bag Humas Polres Malang Kota, AKP Dwiko Gunawan, mengatakan, tersangka MF berhasil ditangkap terlebih dulu di tepi jalan kawasan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang. "Dari pengembangan mengarah kepada NG," katanya, Jumat (28/3/2014).
Di hari yang sama, polisi berhasil meringkus NG di kawasan Tumpang, Malang. Dari tangan keduanya berhasil diamankan 7,710 kilogram ganja dan 16 ribu pil double L yang didapat saat penangkapan dan penggeledahan rumah tersangka. Polisi masih mengembangka perkara ini untuk mencari pemasok barang tersebut.
45 Bajing Loncat Kelompok Asmoro di Jakarta Utara Dibekuk
Sebanyak 45 bajing loncat (bajilo) yang tergabung dalam kelompok Asmoro
(Asal Moro) diamankan Mapolres Jakarta Utara. Para bajing loncat
tersebut diperoleh dari berbagai TKP di antaranya, Pertigaan Plumpang,
Jalan Mambo, Jalan Raya Sulawesi, Bogasari, Jalan Raya Cacing, Jalan
Martadinata (Volker), dan Simpang 5 Semper, Koja.
"Karateristiknya dengan penodongan. Ini kegiatan musiman bajilo, biasanya bulan Ramadan. Mereka aktif di jam-jam macet, sore sampe 10 malam. Lagi macet, gebrak batu di kaca mobil," kata Kasat Reskrim Jakarta Utara, AKBP Daddy Hartadi di Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Daddy menambahkan, dari ke-45 bajilo yang rata-rata masih dibawah umur, sebagian sudah dipulangkan. Sementara sisanya diserahkan ke dinas sosial Jakarta Utara. Namun, untuk yang tertangkap tangan membawa senjata tajam, masih dalam penyelidikan.
"13 orang sudah kita pulangkan karena beralamat lengkap dan masih status pelajar aktif. 1 Orang yang membawa senjata tajam masih kita dalami," tambah Daddy.
Sementara itu, Kasudin Sosial Jakarta Utara Ika Lestari Aji mengaku, hingga kini sudah 99 orang di luar bajilo yang sudah disalurkan ke Kedoya Bina Insani untuk dibina agar tidak kembali ke jalan.
"Untuk anak sekolah bisa cepat keluar. Kita juga ada kebijakan .Sampai saat ini mendekati bulan puasa dengan rutin sudah 99 orang Jakut. Ada pengemis, gelandangan, gepeng dan PSK yang kebanyakan dari luar daerah," jelas Ika. (Ali/Mut) (Muhammad Ali )
"Karateristiknya dengan penodongan. Ini kegiatan musiman bajilo, biasanya bulan Ramadan. Mereka aktif di jam-jam macet, sore sampe 10 malam. Lagi macet, gebrak batu di kaca mobil," kata Kasat Reskrim Jakarta Utara, AKBP Daddy Hartadi di Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Daddy menambahkan, dari ke-45 bajilo yang rata-rata masih dibawah umur, sebagian sudah dipulangkan. Sementara sisanya diserahkan ke dinas sosial Jakarta Utara. Namun, untuk yang tertangkap tangan membawa senjata tajam, masih dalam penyelidikan.
"13 orang sudah kita pulangkan karena beralamat lengkap dan masih status pelajar aktif. 1 Orang yang membawa senjata tajam masih kita dalami," tambah Daddy.
Sementara itu, Kasudin Sosial Jakarta Utara Ika Lestari Aji mengaku, hingga kini sudah 99 orang di luar bajilo yang sudah disalurkan ke Kedoya Bina Insani untuk dibina agar tidak kembali ke jalan.
"Untuk anak sekolah bisa cepat keluar. Kita juga ada kebijakan .Sampai saat ini mendekati bulan puasa dengan rutin sudah 99 orang Jakut. Ada pengemis, gelandangan, gepeng dan PSK yang kebanyakan dari luar daerah," jelas Ika. (Ali/Mut) (Muhammad Ali )
Pemuda Mabuk Lawan Polisi
Seorang pemuda yang tengah mabuk bernama Fajar diamankan polisi karena
mengganggu orang lain. Bahkan saat diamankan, pemuda itu sempat melawan
polisi.
Liputan 6 SCTV, Jumat (17/1/2014) memberitakan, sebelum ditangkap Fajar bersama 2 temannya mengeroyok seorang warga yang melintas di Jalan Merdeka, Kota Bone.
Fajar mengamuk dan mencoba melawan petugas Polsek Tanete Riattang yang berusaha membawanya ke kantor polisi. Dua rekannya langsung melarikan diri sebelum polisi tiba di lokasi.
Saat hendak ditangkap, Fajar bahkan mengaku sebagai anggota polisi dan berusaha kabur. Ulah fajar sempat menjadi perhatian warga yang melintas di Jalan Merdeka. Fajar kini mendekam di Mapolsek Tanete Riattang, sedangkan dua rekannya dalam pencarian polisi. (Eks)
Liputan 6 SCTV, Jumat (17/1/2014) memberitakan, sebelum ditangkap Fajar bersama 2 temannya mengeroyok seorang warga yang melintas di Jalan Merdeka, Kota Bone.
Fajar mengamuk dan mencoba melawan petugas Polsek Tanete Riattang yang berusaha membawanya ke kantor polisi. Dua rekannya langsung melarikan diri sebelum polisi tiba di lokasi.
Saat hendak ditangkap, Fajar bahkan mengaku sebagai anggota polisi dan berusaha kabur. Ulah fajar sempat menjadi perhatian warga yang melintas di Jalan Merdeka. Fajar kini mendekam di Mapolsek Tanete Riattang, sedangkan dua rekannya dalam pencarian polisi. (Eks)
Pelecehan Wanita di Jembatan DPR Ditangkap
Jakarta Bagi para wanita, sebaiknya berpikir 2 kali jika akan
melintas jembatan penyeberangan. Apalagi saat kondisinya sepi. Karena
kejahatan bisa mengintai setiap saat.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang, Senin (3/3/2014), pelecehan seksual dialami seorang wanita berinisial AA. Ia tiba-tiba bertemu Ivan yang ternyata perampok dan pelaku pelecehan seksual di jembatan penyebrangan depan Gedung DPR/MPR kemarin.
Tak hanya sekadar merampok tas korban, Ivan juga mencekik leher korban dan melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap AA. Ivan kini sudah diringkus Polisi setelah menerima laporan AA.
Ivan ternyata sudah berkali-kali melakukan hal yang sama. Bahkan meski sudah berkali-kali ditangkap, ia tak pernah jera. Kali ini, polisi akhirnya berencana meminta bantuan psikiater untuk mencari kemungkinan pelaku menderita kelainan jiwa.
Sebelumnya, seorang wanita yang pingsan di halte bus transjakarta justru dilecehkan oleh 4 petugas kemananan bus transjakarta. Ironisnya, karena diancam pasal pelecehan seksual dengan hukuman kurang dari 5 tahun penjara, keempat pelaku tidak dipenjara dan justru masih bebas berkeliaran. (Raden Trimutia Hatta)
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang, Senin (3/3/2014), pelecehan seksual dialami seorang wanita berinisial AA. Ia tiba-tiba bertemu Ivan yang ternyata perampok dan pelaku pelecehan seksual di jembatan penyebrangan depan Gedung DPR/MPR kemarin.
Tak hanya sekadar merampok tas korban, Ivan juga mencekik leher korban dan melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap AA. Ivan kini sudah diringkus Polisi setelah menerima laporan AA.
Ivan ternyata sudah berkali-kali melakukan hal yang sama. Bahkan meski sudah berkali-kali ditangkap, ia tak pernah jera. Kali ini, polisi akhirnya berencana meminta bantuan psikiater untuk mencari kemungkinan pelaku menderita kelainan jiwa.
Sebelumnya, seorang wanita yang pingsan di halte bus transjakarta justru dilecehkan oleh 4 petugas kemananan bus transjakarta. Ironisnya, karena diancam pasal pelecehan seksual dengan hukuman kurang dari 5 tahun penjara, keempat pelaku tidak dipenjara dan justru masih bebas berkeliaran. (Raden Trimutia Hatta)
Hukuman Fathanah Jadi 16 Tahun, Sefty Kesal Sampai Ubun-ubun
Jakarta - Pengadilan Tinggi DKI Jakarta telah menambah
hukuman terdakwa kasus suap impor daging, Ahmad Fathanah menjadi 16
tahun penjara. Istri Fathanah, Sefty Sanustika mengaku sangat kesal
dengan keputusan itu.
"Ya kesal lah, sebal sampai ke ubun-ubun," kata Sefty melalui pesan singkat, Jumat (28/3/2014).
Sefty mengaku kaget dengan penambahan hukuman terhadap suaminya itu. Hal itu pula yang menyebabkan sang penyanyi dangdut absen menjenguk suaminya di Rutan KPK kemarin.
"Nggak sekalian aja dihukum 50 tahun biar membusuk di penjara," ujarnya.
"Ya jelas kesal sama keputusannya lah," tambah Sefty.
Pengadilan Tinggi Jakarta telah mengabulkan banding yang diajukan jaksa penuntut umum dari KPK. Hasilnya, Fathanah yang semula divonis 14 tahun penjara ditambah masa hukumannya menjadi 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.
"Ya kesal lah, sebal sampai ke ubun-ubun," kata Sefty melalui pesan singkat, Jumat (28/3/2014).
Sefty mengaku kaget dengan penambahan hukuman terhadap suaminya itu. Hal itu pula yang menyebabkan sang penyanyi dangdut absen menjenguk suaminya di Rutan KPK kemarin.
"Nggak sekalian aja dihukum 50 tahun biar membusuk di penjara," ujarnya.
"Ya jelas kesal sama keputusannya lah," tambah Sefty.
Pengadilan Tinggi Jakarta telah mengabulkan banding yang diajukan jaksa penuntut umum dari KPK. Hasilnya, Fathanah yang semula divonis 14 tahun penjara ditambah masa hukumannya menjadi 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.
Langganan:
Postingan (Atom)